Rabu, 11 Mei 2016

AMANG - REVIEW BUMI MANUSIA

 Asman.tindoo                                   Review Bumi Manusia
13081107011

     Novel Bumi Manusia (BM), bercerita tentang masa penjajahan Belanda atas Indonesia. Minke, adalah seorang Jawa yang beruntung bisa bersekolah bersama bangsa Belanda dan keturunannya. Dia adalah anak seorang Bupati yang dianggap layak hidup berdampingan bersama orang Belanda, dia mempunyai teman bernama Jean Marais, pelukis asal Prancis begitu juga di kampus, Minke punya dosen yang menyayangi dia bernama Magda Peters. Minke berprofesi sebagai penulis yang dihormati dalam media-media berbahasa Belanda. Ia berkenalan dengan istri simpanan seorang Belanda yang bernama Nyai Ontosoroh. Nyai Ontosoroh memiliki anak yang cantik bernama Annelies. Nyai Ontosoroh bukanlah wanita yang biasa meskipun dia wanita yang tidak berpendidikan formal, ia merupakan wanita yang berpikiran lebih luas dan termasuk perempuan yang provokatif. Nyai Ontosoroh merupakan perempuan yang membuat pandangan orang kepada perempuan berbeda, ia membuat antara laki-laki dan perempuan tidak ada bedanya karena perempuan juga bisa melakukan apa yang dilakukan oleh laki-laki. Meskipun begitu, ia dianggap rendah oleh bangsanya sendiri karena telah menjadi budak nafsu seorang Belanda. Nyai Ontosoroh selaku tokoh utama perempuan dalam novel Bumi Manusia mengalami ketidakadilan gender, terutama setelah ia menjadi budak belian Tuan Herman Mellema yang menjadikannya seorang Nyai. Sedangkan Annelies, Maiko, Siesie dan Min Hwa selaku tokoh pendamping juga mengalami ketidakadilan gender. Annelies mengalaminya ketika ia sebagai anak tetapi tidak mengecap bangku pendidikan, mengalami perkosaan dan beban kerja ganda. Sedangkan Maiko, Sie-sie dan Min Hwa mengalaminya saat mereka menjadi perempuan penghibur, mereka sering mengalami kekerasan saat melayani pelanggan juga dari majikannya. Ketidakadilan gender itu terjadi dalam berbagai bentuk seperti kekerasan baik fisik maupun spikis, serta beban kerja ganda yang dialami oleh tokoh perempuan. Nyai ontosoroh juga mengalami marginalisasi saat Tuan Herman Mellema meninggal, ia kehilangan atas hak-haknya. Pengadilan memutuskan semua harta dikelola oleh anak syah Tuan Herman Mellema yaitu Maurits Mellema. Hak asuh terhadap anaknya pun juga diberikan kepada Maurits Mellema, Proses marginalisasi atau pemiskinan juga dialami Annelies, hal tersebut terjadi saat Tuan Herman Mellema meninggal, ia hanya menerima hak waris sedikit karena statusnya hanya sebagai anak akuan bukan anak syah dari Tuan Herman Mellema yaitu Ir.Maurits Mellema, dan ibunya, Mevrouw Amelia Mellema Hammers, anak dan janda mendiang Tuan Herman Mellema. Nyai Ontosoroh juga mengalami subordinasi atau dianggap rendah posisinya oleh Tuannya Herman Mellema sendiri saat ia menjadi seorang gundik, Tuan Herman Mellema menganggapnya sebuah boneka Ia juga tidak menerima hak-haknya atas harta dan hak asuh Annelies. Sedangkan Annelies mengalami marginalisasi saat  Pengadilan memutuskan hak atas ahli warisnya yang tidak adil serta harus berhenti sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar